A. Definisi
Hiperlipidemia, lebih tepat disebut dislipidemia, adalah Kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan dari salah satu atau lebih dari:kolesterol, kolesterol ester, posfolipid, dan trigliserida. Kelainan komponen lemak yang utama meliputi kenaikan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (disebut hiperkolesterolemia), kenaikan kadar trigliserida (disebut hipertrigliseridemia), serta penurunan kadar kolesterol HDL.
B. Etiologi
Secara umum penyebab hiperlipidemia adalah faktor genetik, mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol, konsumsi alkohol, konsumsi makanan berkalori tinggi, penyakit lain dan pengaruh obat-obatan.
1. Hiperlipidemia Primer
Merupakan gangguan metabolisme lipid yang diakibatkan oleh faktor genetik yaitu kelainan gen tunggal yang diwarisi (monogenik) atau kombinasi faktor genetik dan lingkungan sehingga terjadi kelainan (poligenik) pada komponen genetik yang mengatur transfor lipoprotein seperti reseptor, apolipoprotein, enzim dan transpor protein.
Tabel 3
Penyebab Hiperlipidemia Primer(1)
Jenis Kelainan
|
Kelainan Lipoprotein
|
Klasifikasi
|
Hiperkolesterolemia
1. Hiperkolesterolemia
familial (defek pada LDL reseptor)
2. Kerusakan
APO B 100 familial
3. Hiperkolesterolemeia
poligenik
|
Peningkatan kadar LDL
Peningkatan kadar LDL
Peningkatan
kadar LDL
|
IIa
IIa
IIa
|
Hipertrigliseridemia
1.
Hipertrigliseridemia
familial (sintesis VLDL tinggi, katabolisme rendah)
2.
Defisiensi
LPL familial
3.
Defisiensi APO C II familial
|
Peningkatan kadar VLDL
Peningkatan kadar VLDL dan Kilomikron
Peningkatan kadar VLDL dan Kilomikron
|
IV
I
& V
I
& V
|
Kombinasi Hipertrigliserida & Hiperkolesterolemia
1. Hiperlipidemia campuran
(gangguan konversi VLDL ke LDL)
2. Disbetalipoproteinemia
(defisiensi Apo EIII)
|
Peningkatan kadar VLDL & LDL
Peningkatan VLDL & IDL, LDL normal
|
IIb
III
|
2.
Hiperlipidemia
Sekunder
Merupakan gangguan yang disebabkan oleh faktor tertentu
seperti penyakit dan obat-obatan (Tabel 4). Beberapa jenis penyakit penyebab
hiperlipidemia :
1.
Diabetus melitus
Penderita NIDDM umumnya akan menyebabkan terjadinya
hipertrigliseridemia. Penyebabnya pada glukosa darah tinggi akan menginduksi
sintesis kolesterol dan glukosa akan dimetabolisme menjadi Acetyl Co A. Acetyl
Co A ini merupakan prekusor utama dalam biosintesis kolesterol. Sehingga akan
menyebabkan produksi VLDL-trigliserida yang berlebihan oleh hati dan adanya
pengurangan proses lipolisis pada lipoprotein yang kaya trigliserida.
2.
Hipotiroidisme
Pengaruh hipotiroidisme pada metabolisme lipoprotein
adalah peningkatan kadar kolesterol-LDL yang diakibatkan oleh penekanan
metabolik pada reseptor LDL, sehingga kadar-LDL akan meningkat antara 180-250
mg/dL. Di samping itu, bila penderita ini menjadi gemuk kaqrena kurangnya
pemakaian energi oleh jaringan perifer, maka kelebihan kalori ini akan
merangsang hati untuk meningkatkan produksi VLDL-trigliserida dan menyebabakan
peningkatan kadar trigliserida juga.
3.
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik akan menyebabkan terjadinya
hiperkolesterolemia. Hal ini diakibatkan oleh adanya hipoalbuminemia yang akan
merangsang hati untuk memproduksi lipoprotein berlebih.
4.
Gangguan hati
Sirosis empedu primer dan obstruksi empedu ekstra hepatik
dapat menyebabakan hiperkolesterolemia dan peningkatan kadar foffolipid plasma
yang berhubungan dengan abnormalitas lipoprotein, kerusakan hati yang parah
dapat menyebabakan penurunan kadar kolesterol dan trigliserida. Hepatitis akut
juga dapat menyebabkan kenaikan kadar VLDL dan kerusakan formasi LCAT.
5.
Obesitas
Pada orang yang obesitas, karena kurangnya pemakaian
energi oleh jaringan perifer akan meyebabkan kelebihan kalori yang dapat
merangsang hati untuk menungkatkan produksi VLDL-trigliserida dan peningkatan
trigliserida.
Tabel 4 Penyebab Hiperlipidemia Sekunder(1)
Penyebab
|
||
Penyakit
|
Obat-obatan
|
|
Hiperkolesterolemia
|
Hipotiroidisme, penyakit hati obstruktif, sindrom
nefrotik, anorexia nervosa, intermiten porphyria akut
|
Progestin, diuretik tiazid, glukokortikoid, β-bloker,
isotretionin, inhibitor protease,siklosforin, mirtazapin, sirolimus
|
Hipertrigliseridemia
|
Obesitas, diabetes melitus, lipodystrophy, sepsis,
kehamilan, hepatitis akut, lupus erythematosis sistemik. Monoklonal gammathophy:
multiple myeloma, lymphoma
|
Alkohol,
estrogen, isotretionin, β-bloker, glukokortikoid, resin asam empedu, tiazid,
asparaginase, interperon, antijamur golongan Azol, mirtazopin, steroid
anabolik, sirolimus, bexaroten
|
HDL
rendah
|
Obesitas,
malnutrisi
|
Non-ISA β-bloker,
steroid anabolik, probukol, isotretionin, progestin
|
C.
Klasifikasi Penyakit Hiperlipidemia
Berdasarkan
penyebabnya, secara umum kondisi hiperlipidemia dibagi menjadi hiperlipidemia
primer dan hiperlipidemia sekunder.
Tabel 5 Klasifikasi Hiperlipidemia primer
Kelainan
|
Prevalensi
|
Monogenik
1. Mutasi
apolipoprotein (resesif)
a. Defisiensi Apoprotein C-11
b. Disbetalipoproteinemia
2. Mutasi Reseptor
(Dominan)
Hiperkolesterolemia familial
3. Mutasi enzim
(resesif)
a. Defisiensi lipoprotein lipase
b. Defisiensi lecithine-cholesterol
acyltransferase (LCAT)
Kemungkinan monogenik
1. Hipertrigliseridemia
2. Hiperlipoproteinemia
multipel familial
Poligenik / sporadik
1. Hiperkolesterolemia
2. Hipertrigliseridemia
|
<
1 : 1.000.000
1 : 100
1: 500
<
1 : 100.000
<
1 : 1.000.000
1 : 500
1 : 300
|
Ada
juga klasifikasi berdasarkan konsentrasi lipoprotein, plasma kolesterol dan
plasma trigliserida yang pertama kali diusulkan oleh Fredrickson pada tahun
1967, yang kemudian diperbaiki menjadi klasifikasi WHO tahun 1970 seperti
tampak pada tabel dibawah ini.
Tabel 6 Klasifikasi berdasarkan konsentrasi
lipoprotein (WHO tahun 1970)
Tipe
|
Gangguan LP
|
Istilah
|
Kolesterol total
|
Kolesterol LDL
|
Trigliserida
|
Plasma
|
Tipe
I
|
Kilomikron
tinggi
|
Hiperkilomikronemia
|
Tinggi
|
Rendah/normal
|
Tinggi
|
Putih
susu
|
Tipe
IIa
|
LDL
tinggi
|
Hiperkolesterolemia
|
Tinggi/normal
|
Tinggi
|
Normal
|
Kuning
jernih
|
Tipe
IIb
|
VLDL&LDL
tinggi
|
Hiperlipoproteinemia
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Keruh
|
Tipe
III
|
Kilomikron
sisa&IDL tinggi
|
Hiperlipidemia
Remnant
|
Tinggi
|
Rendah/normal
|
Tinggi
|
Keruh
|
Tipe
IV
|
VLDL
tinggi
|
Hipertrigliserida
endogen
|
Tinggi/normal
|
Normal
|
Tinggi
|
Keruh
|
Tipe
V
|
Kilomikron&VLDL
tinggi
|
Hipertrigliserida
campuran
|
Tinggi
|
Normal
|
Tinggi
|
Putih
susu
|
1.
Tipe
I
Tipe I, sangat jarang, dikarakteristik dengan tingginya
kilomikron dan trigliserida di dalam darah. Tipe ini merupakan penyakit genetik
karena kekurangan enzim lipoprotein lipase atau apo C-II yang merupakan
kofaktor untuk aktivitas enzim LPL, sehingga menyebabkan ketidakmampuan
pembersihan kilomikron dan VLDL trigliserida dari darah secara efektif.
2.
Tipe
II
Tipe ini ditandai dengan peningkatan LDL yang dapat
merupakan kondisi awal (primer) ataupun kelanjutan (sekunder) dari kondisi
hiperlipidemia lainnya. Hiperlipoprotein primer disebabkan oleh beberapa
kondisi genetik, sedangkan hiperlipoprotein sekunder dapat disebabkan oleh
endokrinopati (hipotiroid, hipopituitari, diabetes melitus) dan biasanya dapat
pulih dengan terapi hormon.
Tipe II
terdiri atas 2 tipe yaitu hiperlipidemia tipe IIa dan IIb
a.
Tipe IIa, ditandai
dengan tingginya kadar LDL di dalam darah tapi kadar VLDLnya normal. Tipe ini
dapat disebabkan beberapa kondisi genetik yaitu hiperkolesterol familial, defective
apolipoprotein B familial, hiperkolesterolemia poligenik.
b.
Tipe IIb, ditandai
dengan tingginya kadar LDL dan VLDL, kolesterol dan trigliserida dalam
darah. Tipe ini disebut kombinasi hiperlipidemia familial. Penyakit ini
disebabkan karena meningkatnya produksi hepatik Apo B (merupakan protein utama
pada LDL dan VLDL). Xanthoma
pada tipe ini jarang terjadi, tetapi tipe ini ditandai dengan predisposisi CAD
(Coronary Artery Disease) prematur.
3.
Tipe
III
Karakteristiknya yaitu meningkatnya kadar IDL dan VLDL
remnant. Tipe ini terkait dengan abnormalitas pada Apo E (merupakan petanda
pengenalan oleh reseptor-reseptor sel hati untuk menghilangkan kilomikron
remnant) dan ketidaksempurnaan konversi VLDL dalam plasma dan terjadi
peningkatan kadar IDL. Kondisi ini dapat pula terjadi pada hipotiroidisme.
Gangguan ini terjadi lebih awal pada pria dibandingkan pada wanita. Abnormalitas pada toleransi
glukosa dan hiperurikemia dapat terjadi.
4.
Tipe
IV
Karakteristiknya yaitu peningkatan kadar trigliserida
plasma yang terkandung di dalam VLDL dan kemungkinan akan berkembang menjadi
aterosklerosis. Kondisi berhubungan dengan abnormalitas toleransi glukosa (
resisten insulin) dan obesitas. Kadar kolesterol total normal atau meningkat
sedangkan kadar HDL rendah.
5.
Tipe
V
Karakteristiknya terjadi peningkatan kadar VLDL dan
kilomikron sehingga dapat disebut sebagai hipertrigliseridemia. Kadar
lipoproteinlipase umumnya normal. Tipe ini merupakan gangguan yang jarang
terjadi. Penyebabnya terkadang dipengaruhi faktor keluarga, terkait dengan
ketidaksempurnaan pembersihan trigliserida eksogen maupun endogen yang tidak
sempurna dapat dan ancaman resiko pankreatitis seumur hidup. Pada beberapa pasien dapat
diakibatkan alkohol dan diabetes.
D.
Manifestasi Klinik
Hiperlipidemia
atau hiperlipoproteinemia merupakan suatu kondisi, bukan merupakan suatu
penyakit sehingga tidak ada gejala-gejala klinisnya. Manifestasi klinik dapat
terllihat setelah pemeriksaan klinik di laboratorium. Pada tahap lebih lanjut,
beberapa simptom yang mungkin timbul antara lain: terjadinya pengendapan lemak
pada otot dan kulit (xanthoma). Pada kondisi
kadar trigliserida yang sangat tinggi (800 mg/dl atau lebih) dapat menyebabkan
pembengkakan hati dan limpa serta simptom pankreatitis seperti sakit perut.
E. Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko hiperlipidemia antara lain:
1.
usia, pria
diatas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun atau postmenopause tanpa terapi
estrogen (ERT = Estrogen Replacement Therapy),
2.
obesitas,
3.
asupan makanan
tinggi lemak jenuh,
4.
pola hidup
tidak sehat,
5.
kurang
aktivitas fisik,
6.
diabetes,
7.
stress,
8.
terdapat riwayat
hiperlipidemia.
F.
Komplikasi
Beberapa komplikasi penyakit yang menyertai
hiperlipidemia:
1.
Aterosklerosis
Menurut WHO, aterosklerosis didefinisikan sebagai kombinasi
dari perubahan intima arteri yang meliputi akumulasi penimbunan lemak dan
karbohidrat yang diikuti oleh terbentuknya jaringan fibrosis, kalsifikasi
maupun perubahan pada lapisan medianya.
Pada keadaan fisiologis, uptake LDL
pada sel-sel perifer terjadi bila ada reseptor LDL. Bila reseptor LDL ini
kurang maka banyak LDL yang tidak tertangkap oleh reseptor LDL. Akibatnya,
kadar LDL akan meningkat dan akan lebih lama berada dalam sirkulasi hingga
kemungkinan teroksidasi lebih besar. LDL teroksidasi inilah yang sangat
aterogenik. Adanya sedikit LDL teroksidasi akan merekrut monosit ke dalam
dinding arteri dan mengubahnya menjadi makrofag. Makrofag mempunyai potensi
yang besar untuk mempercepat oksidasi LDL juga mengubah reseptor yang biasanya
memediasi uptake LDL ke dalam dinding arteri menjadi reseptor yang
disebut scavenger receptor yang tidak meregulasi kolesterol tersebut.
Proses terjadinya aterosklerosis
dimulai dengan munculnya fatty streak pada intima. Fatty streak
adalah bercak-bercak yang terdiri dari sel-sel busa berisi lemak yang menumpuk
di intima. Pembentukan fatty streak:
a.
Arteri yang
normal terdiri dari tiga lapisan:
1)
Lapisan intima
suatu lapisan tunggal yang terbentuk
dari susunan endotel, yang kontak dengan darah, berisi sel otot polos yang
menyimpan matriks akstraseluler dan dikelilingi oleh serabut kolagen dan
serabut elastis.
2)
Lapisan media
terdiri dari lapisan otot polos yang
berisi kolagen dan kaya akan matriks ekstraseluler yang elastin.
3)
Lapisan
adventitia
berisi syaraf, sel mast, serabut
elastis dan kolagen serta pada serabut tersebut terdapat juga sel otot polos,
yang menghubungkan pembuluh dengan lingkungannya.
b. Akumulasi oleh partikel lipoprotein
Pada keadaan hiperkolesterolemia,
konsentrasi dari lipoprotein meningkat sehingga terakumulasi di lapisan intima
dari arteri. Partikel lipoprotein seringklai diikuti oleh unsur pokok dari
matriks ekstraseluler khususnya proteoglikan. Sekuastresi yang diikuti dengan
pemisahan lipoprotein dari beberapa antioksidan di plasma ke intima mendukung
terjadinya oksidasi yang menyebabkan perubahan partikel lipoprotein.
Lipoprotein yang sudah termodifikasi mengakibatkan terjadinya respon pemicu
lokal radang yang menandakan terjadinya luka.
c. Adhesi leukosit
Pada hiperkolesterolemia, adhesi
leukosit mononuclear ke endotel luminal terlihat lebih dini. Hal tersebut
merupakn tahapan awal timbulnya luka pada arteri.
d. Leukosit yang berpenetrasi
Beberapa sel darah putih bermigrasi ke
dalam lapisan intima. Migrasi leukosit secara langsung kemungkinan ada
hubungannya dengan faktor kemoatraktan, termasuk lipoprotein yang
termodifikasi, kemoatraktan sitokin seperti chemokine macrophage chemoattractant
protein 1 (MCP-1) yang diproduksi oleh sel-sel di dinding pembuluh akibat
respon lipoprotein yang termodifikasi tersebut.
e. Leukosit yang terakumulasi
Leukosit yang tinggal sebagai penyusun fatty
streak dapat dibagi dan merupakan pertanda bagi reseptor scavenger
terhadap lipoprotein yang termodifikasi. Fagosit mononuclear akan
menangkap lemak dan mengubahnya menjadi sel busa.
Pada fase selanjutnya, oksidasi LDL dan
garam kalsium, sel-sel radang dan jaringan ikat tertimbun pada fatty streak tersebut
yang kemudian diselubungi dengan jaringan otot polos. Fase ini dapat
berlangsung selama puluhan tahun tanpa gejala, dimana streak menebal
dengan 2-3% per tahun dan akhirnya dapat terjadi plak aterosklerosis, plak
tebal yang menyumbat penyumbat hingga lubangnya menyempit sampai 30%.
Penyaluran darah menjadi sangat terhambat dan kelenturannya sangat berkurang.
Baru pada saat itulah muncul gangguan serius dan tergantung dari lokasi
penyumbatannya dapat timbul beberapa gejala.
2.
Penyakit
Jantung Koroner, Angina Pektoris, Infark Miokardial
Plak aterosklerosis akan tumbuh terus
secara progresif selama bertahun-tahun. Selama terjadi trombosis,
aterosklerosis bisa tanpa gejala, tapi jika terjadi pengoyakan sel endotel maka
pembentukan trombus pada daerah luka dan berakibat pada aktivasi trombosis.
Kerusakan ini dapat berlanjut sampai timbul manifestasi klinik berupa penyakit
iskhemia disebabkan terbentuknya sumbatan yang akan menghambat suplai oksigen
dan nutrisi ke jaringan. Penyakit iskhemia ini dapat terjadi di otak, ginjal,
atau jantung. Sumbatan tersebut jika terjadi di pembuluh darah di otak dapat
menyebabkan stroke dan jika terjadi pada
jantung maka dapat menyebabkan PJK, serta jika terjadi pada ginjal maka akan menyebabkan
hipertensi. Stroke dan PJK merupakan dua manifestasi klinik yang penting yang
menyebabkan kematian tertinggi.
PJK mempunyai spektrum mulai dari
bentuk asimptomatik hingga ditandai dengan gejala meliputi angina pektoris,
infark miokardial, atau serangan jantung. Pada angina pektoris, terjadi
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen. Pada kondisi ini
ditandai dengan rasa nyeri pada dada kiri, terutama bila melakukan kegiatan.
Dada terasa sesak, tertekan, rasa nyeri yang menyebar sampai pundak dan lengan
atas bagian kiri. Gejala ini dapat terjadi pada saat istirahat jika terjadi
penyumbatan pada cabang pembuluh koroner lebih banyak.
Infark miokardial merupakan penurunan
fungsi sel otot jantung sebagai akibat kekurangan oksigen sebagai proses lanjut
dari penyempitan pembuluh koroner. Pada kondisi ini, terjadi ketidakseimbangan
yang cukup besar antara kebutuhan dan
suplai oksigen yang menyebabkan kerusakan jaringan otot jantung yang lebih
luas. Kondisi ini dapat berkembang menyebabkan jantung tidak dapat memompa
darah dan jantung tidak dapat menyuplai oksigen yang diperlukan oleh tubuh
sehingga terjadi kondisi yang disebut gagal jantung. Jika terjadi gangguan pada
otot utamanya dapat menyebabkan serangan jantung.
3.
Pankreatitis
Hiperlipidemia dapat merangsang secara
berlebihan pelepasan enzim-enzim pankreas. Enzim-enzim pankreas tersebut dapat
mencerna organ pankreasnya sendiri (otodigesti).
4.
Hipertensi
Aterosklerosis yang disebabkan hiperlidemia dapat
mengakibatkan pembuluh arteri menyempit dan kehilangan fleksibilitasnya. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah dan memicu terjadinya hipertensi.
5.
Diabetes Mellitus
Individu dengan diabetes mellitus
memiliki kolesterol dan trigliserida plasma yang tinggi. Buruknya sirkulasi ke
sebagian besar organ menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang
reaksi peradangan yang berperan menimbulkan aterosklerosis. Oleh karena
patologi vaskular maka banyak pengidap diabetes yang mengidap hipertensi.
G.
Diagnosis
Pemeriksaan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida direkomendasikan untuk
dilakukan mulai usia lebih dari 20 tahun dan minimal sekali dalam 5 tahun.
Pengukuran ini sebaiknya dilakukan setelah pasien berpuasa 12 jam atau lebih,
karena jumlah trigliserida dapat meningkat pada individu yang tidak berpuasa.
Parameter lain yang bisa dijadikan acuan untuk diagnosis adalah Apo A-1, Apo B, Lp (a), Small-Dense LDL, Ox-LDL. Saat
ini pemeriksaan profil lemak tidak hanya cukup dengan pemeriksaan kolesterol dan
trigliserida saja. Penambahan pemeriksaan Apo A-1, Apo B dan rasio Apo B / Apo
A-1 merupakan suatu keharusan dalam pemeriksaan profil lemak seseorang yang
berkaitan dengan gangguan metabolisme lemak. Apo A-1 dan Apo B merupakan
parameter yang lebih stabil dibandingkan dengan lemaknya sendiri karena
kandungan lemak maupun lipoprotein, densitas dan ukurannya selalu akan berubah.
Lemak dan lipoprotein akan dipengaruhi oleh umur dan diet, sedangkan Apo A-1
dan Apo B tetap akan konstan.
Pemeriksaan lipid pertama-tama
dilakukan dengan pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, dan standing
plasma yaitu keadaan fisis setelah plasma disimpan dalam lemari es selama
semalam.
Setelah diketahui ketidaknormalam
lipid, komponen utama yang harus dievaluasi adalah sejarah (usia, jenis
kelamin, jika wanita, siklus menstruasi dan perubahan estrogen). Jika sejarah
lengkap dan pemeriksaan fisik sudah dilakukan, harus diperhitungkan juga:
1. Ada atau tidaknya faktor resiko
penyakit kardiovaskuler dan penyakit kardiovaskuler pada pasien.
2. Sejarah keluarga adanya penyakit dini
kardiovaskuler atau kelainan lipid.
3. Ada atau tidaknya penyebab sekunder
hiperlipidemia, termasuk pengobatan yang sedang dijalani.
4. Ada atau tidaknya nyeri abdomen,
sejarah pankreatitis, penyakit ginjal/hati, penyakit pembuluh darah perifer,
aneurisme aorta abdomen, atau penyakit pembuluh otak (stroke, iskemia).
Tabel 7 Hubungan Kadar Lipid dalam Plasma dengan
Resiko PJK(1)
Kolesterol Total :
<200
mg/dL
200-239
mg/dL
≥ 240 mg/dL
|
Normal
Resiko sedang
Resiko tinggi
|
LDL :
<
100 mg/dL
100-129 mg/dL
130-159 mg/dL
160-189 mg/dL
≥ 190 mg/dL
|
Optimal
Mendekati optimal
Batas tinggi
Tinggi
Sangat
tinggi
|
HDL
:
30-65 mg/dL
35-85 mg/dL
|
Laki-laki
Wanita
|
VLDL
:
1-30 mg/dL
|
Normal
|
Kilomikron
:
Negatif
|
Normal (setelah puasa selama 12 jam)
|
Trigliserida :
<
150 mg/dL
150-199
mg/dL
200-499
mg/dL
≥ 500 mg/dL
|
Normal
Batas tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
|
Apo
A-1
110-160 mg/dL
120-180
mg/dL
|
Laki-laki
Wanita
|
Apo
B
45-120 mg/dL
45-110
mg/dL
|
Laki-laki
Wanita
|
Lp(a)
>
30 mg/dL
|
Resiko
tinggi
|
Rasio-rasio
Kolesterol
/ HDL
Apo
B / Apo A-1
LDL/HDL
|
Resiko
tinggi (>5)
Normal
< 3,5
|
Posting Komentar
Posting Komentar