PENANGANAN
HIPERLIPIDEMIA
Pilar
utama pengelolaan hiperlipidemia adalah upaya nonfarmakologi yang meliputi
modiflkasi diet, latihan jasmani serta pengelolaan berat badan. Tujuan utama
terapi diet disini adalah menurunkan resiko PJK dengan mengurangi asupan lemak
jenuh dan kolesterol serta mengembalikan kesimbangan kalori, sekaligus
memperbaiki nutrisi. Perbaikan keseimbangan kalori biasanya memerlukan
peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta pembatasan asupan
kalori. Pada umumnya hiperkolesterolemia atau hipertrigliseridemia ringan masih
dapat dikendalikan dengan hanya melakukan diet rendah lemak jenuh dan rendah
kalori. Namun pada kasus berat dan/atau bersifat herediter yang sering
menyerang pada usia muda, maka diet saja tentu kurang adekuat dan seharusnya
digunakan obat-obat antihiperlipidemia yang mampu mengendalikan kadar plasma
kolesterol, trigliserida atau keduanya dengan baik. Pengendalian ini dituntut
seumur hidup, sehingga obat antihiperlipidemiapun digunakan dalam jangka
panjang pula. Pada umumnya intervensi obat antihiperlipidemia ini adalah untuk
memperkuat diet ketat lemak, atau individu yang memang tidak memberikan respon
dengan diet saja. Sebelum dimulai pengobatan, harus dipastikan dulu penyebab
timbulnya hiperlipidemia. Sebab hiperlipidemia sering terjadi akibat keadaan
patologis lainnya seperti diabetes mellitus, hipotiroidea atau alkoholisme.
- Penanganan Non-farmakologi
1.
Terapi
Diet
Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien,
mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol
serta berapa sering keduanya dimakan. Jika diperlukan ketepatan yang lebih
tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci,
yang biasanya membutuhkan bantuan ahli gizi.Penilaian pola makan penting untuk
menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau langsung ke diet tahap
ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan
kemudian setelah 3 bulan.
Tabel 8. Komposisi Diet Tahap I dan II
Tahap I
|
Tahap II
|
|
Karbohidrat
(% kalori)
|
50-60
|
50 – 60
|
Protein (%
kalori)
|
15-20
|
15 – 20
|
Lemak (%
kalori)
|
< 30
|
< 30
|
Kolesterol mg/dl
|
< 300
|
< 200
|
Lemak Jenuh (% kalori)
|
< 10
|
< 7
|
Tabel 9. Terapi Diet untuk
Kolesterol Tinggi
Nutrien
|
Asupan
yang disarankan
|
Lemak total
Asam lemak
jenuh
Poliunsaturated
Monounsaturated
Karbohidrat
Serat
Protein
Kolesterol
Kalori total
|
25 -35 dari
total kalori
< 7% dari total kalori
10% dari kalori
total
20% dari kalori
total
≥ 55% dari kalori total
20-30 g/hari
± 15% dari kalori total
<200 mg/hari
sesuai untuk menjaga berat badan yang diharapkan
|
Tabel 10.
Jenis Makanan yang Harus Diperhatikan
Makanan yang dianjurkan
|
Makanan yang dihindari
|
|
Daging/ikan
|
Daging muda, daging ayam tanpa kulit, ikan laut, batasi
udang, cumi, Dibakar/direbus
|
Daging berlemak, kulit ayam/bebek, sosis, daging
olahan, jeroan, makanan kaleng.
|
Telur
|
Putih telur boleh bebas
|
Kuning telur 2 butir/minggu
|
Lemak/minyak
|
Minyak jagung, kacang, bunga matahari
|
Semua minyak/mentega
|
Kacang
|
Kacang, tahu, tempe, kwaci
|
Lemak selain yang disebut di kiri
|
Nasi, roti
|
Semua jenis nasi dan roti yang tidak diolah
|
Nasi olahan (kebuli, lemak), roti isi.
|
Sayuran
|
Semua jenis tidak
terbatas
|
|
Buah
|
Bebas
|
Batasi alpukat,
kelapa, durian.
|
2. Latihan
Jasmani
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik
dapat meningkatkan kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin,
meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan
trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan. Setiap melakukan latihan jasmani
perlu diikuti 3 tahap :
a.
Pemanasan
dengan peregangan selama 5-10 menit
b.
Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari
denyut jantung maximal ( 220 -
umur ) selama 20-30 menit . Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara
perlahan - lahan, selama 5-10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu
dengan lama latihan seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/
minggu dengan lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobic.
Gambar 12. Model Pemantauan Therapeutic Lifestyle Changes ( TLC )
Untuk mencapai keberhasilan TLC diperlukan suatu model
pemantauan. Salah satu contoh model pemantauan TLC dari ATP III ialah sebagai berikut;
a.
Untuk
pertama kalinya pasien disarankan untuk memulai terapi perubahan gaya hidup
yaitu dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol, melakukan kegiatan
olahraga intensitas sedang, disertai konsultasi dengan ahli gizi mengenai diet
yang dilakukan (diet tahap 1).
b.
Setelah 6 minggu
kemudian dilakukan pengukuran LDL (dibandingkan dengan kunjungan pertama),
kemudian dipertimbangkan meningkatkan asupan serat, dan konseling diet
tambahan. Bila kadar lipid darah yang diharapkan tidak tercapai setelah bulan
ke-3 maka dilakukan diet tahap 2.
c.
Setelah 6 minggu dari kunjungan kedua, dilakukan
pemeriksaan kembali terhadap kadar LDL. Terapi farmakologi dapat
dipertimbangkan apabila sasaran LDL tidak tercapai. Pada saat itu, terapi
sindrom metabolik sebaiknya dimulai dengan disertai pengaturan berat badan dan
kegiatan olahraga dilakukan secara intensif dan juga konsultasi dengan ahli
gizi tentang diet (bila belum dilakukan sebelumnya).
d.
Setelah sasaran LDL tercapai, pemantauan terhadap
ketaatan pasien dalam menjalankan terapi perubahan gaya hidup ini sebaiknya
dilakukan selama 4 sampai 6 bulan.
Diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh akan
mengurangi kadar LDL. Olah raga juga bisa bisa membantu mengurangi kadar
kolesterol LDL dan menambah kadar kolesterol HDL.
B.
Penanganan Farmakologi
Bila terapi Non Farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan
bermacam-macam obat antilipemika,
tergantung dari jenis hiperlipidemia yang terjadi. Beberapa hal yang
perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari pada obat obat tersebut dalam
mempengaruhi KHDL, Trigliserida, Fibrinogen, KLDL, dan juga diperhatikan
pengaruh atau efek samping dari pada obat-obat tersebut.
Berdasarkan jenis lipid yang diturunkan kadar plasmanya, obat
antihiperlipidemia dapat digolongkan menjadi :
a.
Antihiperkolesterolemia : Resin (kolestiramin,
kolestipol), Niacin, Neomisin sulfat, Probukol, Fibrat, Lovastatin,
Dekstrotiroksin.
b.
Antihipertrigliserida : Fibrat (Klofibrat, Gemfibrozil,
Fenofibrat, Bezafibrat), Niacin, Fish Oil.
1.
Resin
Pengikat Asam Empedu
Resin
pengikat asam empedu biasanya berupa
polymer senyawa amin kuartener yang bersifat sebagai resin penukar ion. Resin yang bemuatan positif akan mengikat
asam empedu yang bermuatan negatif. Karena ukurannya yang besar, resin tidak
akan diserap dan bersama dengan asam empedu yang diikatnya dikeluarkan melalui
feses. Karena asam empedu dalam saluran pencernaan terbuang, sehingga lemak
dari makanan juga tidak terserap oleh tubuh. Pada fisiologi normal, 95 % asam
empedu akan diserap kembali. Dan karena asam empedu tersebut terbuang, akan
merangsang sintesis asam empedu dengan peningkatkan jumlah reseptor LDL hingga
uptake LDL oleh sel-sel hati (internalisasi) menjadi lebih banyak dengan akibat
kadar LDL di dalam plasma akan turun. Untuk menyeimbangi peningkatan jumlah
reseptor LDL, maka akan terjadi upregulation dari HMG-CoA reductase.
Oleh karena itu penggunaan golongan Statin sebagai inhibitor HMG-CoA reductase
dapat meningkatkan efek resin.
Obat ini
tidak memberikan efek pada pasien dengan hiperkolesterolemia familial homozigot
yang mempunyai reseptor yang tidak berfungsi, tetapi ia bermanfaat pada pasien
heterozigot dengan keadaan heterozigot yang dikombinasi dengan reseptor tidak
sempurna.
a.
Kolestiramin
Kolestiramin
adalah suatu anion ammonium kuartener penukar resin dengan inti stiren. Gugus
klorida kolestiramin dapat ditukar dengan anion lainnya, seperti garam empedu
dan lain-lain.
1)
Mekanisme kerja : karena kolestiramin tidak diserap, maka
setelah pemberian peroral, kolestiramin akan mengikat garam empedu di dalam
usus halus dan siap diekskresikan ke dalam feces, sehingga ekskresi garam
empedu meningkat 10 kali lipat (1-2 g/hari). Ekskresi garam dan asam empedu
menurunkan kadar asam empedu yang kembali ke hepar, yang berfungsi menghambat
enzim 7a-hidroksilase yang mengkonversi kolesterol menjadi asam empedu,
sehingga kolesterol banyak dipecah oleh hepar. Akibat meningkatnya katabolisme
kolesterol di dalam hepatosit ini, enzim-hidroksi-metilglutaril-CoA-reduktase
(HMG CoA reduktase) yang mensintesa kolesterol terangsang pula, tetapi pada
keadaan normal sintesa kolesterol ini lebih lambat dibanding pemecahannya,
sehingga kolesterol dalam plasma dan jaringan lain ditarik ke dalam hepar.
Dengan demikian kolestiramin mampu memobilisasi kolesterol dan menurunkan kadar
LDL sebagai efek sekunder dari aktifnya pula reseptor LDL hepatosit karena
mobilisasi kolesterol oleh hepar akan merangsang pembentukan reseptor LDL lebih
banyak lagi oleh hepatosit itu sendiri.
2)
Indikasi klinis : merupakan obat pilihan tipe IIa
hiperkolesterolemia; menunmkan sampai 25% kadar kolesterol plasma dan
menghilangkan santomata. Jika dikombinasikan dengan niacin, efeknya makin kuat.
Sayang efeknya untuk tipe IIa yang homozigot sedikit sekali, karena tipe ini
tidak memiliki reseptor LDL. Jangan diberikan pada tipe IV dan V, karena makin
meningkatkan VLDL.
3)
Efek samping : konstipasi yang dapat diatasi dengan
pemberian laksansia, flaws yang dapat dicegah dengan banyak minum dan makanan
berserat, hipokloremik metabolik asidosis, peningkatan ringan alkali fosfatase
dan transaminase, pembentukan batu empedu tetapi tidak signifikan, steatore
karena meningkatnya buangan asam lemak rantai panjang, hilangnya penyerapan
vitamin A, D, Kepada dosis tinggi (30 g/hari).
4)
Interaksi obat : dapat mengganggu penyerapan digitoksin,
fenobarbital, klorotiazid, fenilbutazon, warfarin, asam flufenamat, asam
mefenamat dan tetrasiklin. Dianjurkan obat-obat ini diberikan 1 jam sebelum
atau 4-6 jam sesudah pemberian kolestiramin.
5)
Dosis : 16 - 32 g/hari dibagi dalam 4 dosis sebelum
makan. Biaya perhari cukup mahal.
b.
Kolestipol
Obat ini
juga merupakan suatu anion penukar resin, sehingga efikasi, mekanisme kerja,
dan toksisitasnya sama dengan kolestiramin. Hanya menurunkan kadar kolesterol.
Dosis perhari dapat diberikan antara 12-25 g peroral dibagi dalam 4 dosis.
2.
Inhibitor
Kompetitif Reduktase HMG-CoA
Senyawa inhibitor kompetitif reduktase HMG-CoA
merupakan analog struktural dari HMG-CoA (3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme
A). Kelompok statin yang digunakan secara luas antara lain
lovastatin, simvastatin, dan pravastatin. Atorvastatin, cerivastatin dan
fluvastatin merupakan obat yang serupa (Cerivastatin ditarik dari peredaran di
Amerika sekitar Agustus 2001). Secara umum statin bekerja dengan memperlambat produksi
kolesterol dan meningkatkan kemampuan hati untuk mengeluarkan kolesterol dari
dalam darah.
a.
Mekanisme Kerja : Reduktase HMG-CoA merupakan perantara
langkah awal biosintesis sterol. Statin menginhibisi reduktase HMG-CoA dengan
membentuk sejenis asam mevalonat cincin terbuka. Inhibisi ini meyebabkan
sintesis kolesterol terhambat, sehingga meningkatkan ekspresi reseptor LDL dan
menurunkan degradasi reseptor LDL. Efek tersebut meningkatkan baik kecepatan
katabolisme fraksional LDL maupun ekstraksi precursor LDL oleh hati (VLDL
sisa), sehingga mengurangi simpanan LDL plasma. Oleh karena ekstraksi lintas
pertama oleh hati dari obat tersebut besar, maka efek utamanya terjadi di hati.
b.
Penggunaan
Terapi dan Dosis : Penghambat reduktase HMG-CoA bermanfaat pada penggunaan
secara tunggal maupun bersama dengan resin pengikat asam empedu atau niasin
untuk pengobatan gangguan yang melibatkan peningkatan kadar LDL plasma. Penggunaan
pada anak dibatasi hanya untuk mereka dengan hiperkolesterolemia familial
homozigot dan pasien khusus dengan hiperkolesterolemia familial heterozigot.
Sesuai dengan mekanisme kerjanya dan karena pola biosintesis kolesterol aktif
pada sore hari, maka penghambat reduktase sebaiknya diberikan pada malam hari
apabila menggunakan dosis tunggal satu kali sehari. Absorpsi pada umumnya
(kecuali pravastatin) ditingkatkan dengan penggunaannya bersama dengan makanan.
Dosis harian
lovastatin bervariasi dari 10 mg hingga 80 mg. Pravastatin hampir sekuat
lovastatin, berdasar suatu massa, sampai dosis maksimum yang dianjurkan sebesar
40 mg sehari. Simvastatin dua kali lebih kuat dan diberikan dalam dosis sebesar
5-80 mg sehari. Kekuatan fluvastatin diduga sekitar separuh dari lovastatin,
berdasar massa, dan diberikan dalam dosis sebesar 10-40 mg sehari. Atorvastatin
merupakan agen yang paling efektif untuk pengobatan hiperkolesterolemia parah.
Atorvastatin diberikan dalam dosis sebesar 5-80 mg sehari. Aktivitas penurun
trigliserida-nya juga lebih besar daripada penghambat reduktase lainnya,
sehingga agen tersebut lebih bermanfaat untuk pengobatan pasien dengan
peningkatan trigliserida yang sedang. Statin seringkali menjadi pilihan utama
terapi penurunan LDL yang memiliki resiko PJK terkait dengan aktivitasnya dalam
memperbaiki fungsi endotel, destabilisasi plaque, dan antiinflamasi pada
atherosclerosis.
c.
Efek Samping, Kontraindikasi dan Toksisitas : Statin
bekerja mempengaruhi mekanisme kerja hati, karena itu dapat mempengaruhi
fisiologis normalnya. Peningkatan aktivitas aminotransferase serum (sampai tiga
kali kadar normal) terjadi pada beberapa pasien yang menerima penghambat
reduktase. Peningkatan tersebut seringkali tidak teratur sehingga dapat
mengganggu pada pengukuran laboratorium. Dengan adanya aktivitas ini, maka
perlu diperhatikan adanya kemungkinan hepatotoksik pada penggunaan jangka
panjang. Pasien dengan hepatotoksisitas dapat mengalami penurunan LDL yang
mendadak, malaise, dan anoreksia. Dosis penghambat reduktase dapat diturunkan
pada pasien dengan penyakit hati parenkimal. Secara umum, aktivitas aminotransferase
diukur pada garis batas dalam jangka waktu 1-2 bulan, dan kemudian setiap 6
bulan selama terapi. Perlu diperhatikan timbulnya Myopathy yang ditandai dengan
nyeri otot lengan serta kelelahan (intense myalgia) atau urin yang berwarna
kecoklatan. Hal ini perlu ditindaklanjuti segera dengan pemeriksaan ke dokter.
Selain itu biasanya pemberian statin dapat menyebabkan nyeri perut, konstipasi
serta nyeri abdominal dan kram. Wanita hamil, sedang menyusui, atau yang
berencana untuk hamil sebaiknya tidak diberikan statin. Kontraindikasi
juga berlaku bagi penderita gangguan hati kronis.
3. Niacin ( Nicotinic Acid )
Obat ini
dapat menurunkan kolesterol dan trigliserida, dengan penurunan sangat nyata
untuk trigliserida. Efek ini berbeda dengan efeknya sebagai vitamin.
a.
Mekanisme kerja : efek hipolipidemiknya karena obat ini
mampu menekan sekresi VLDL akibat berkurangnya sintesa TG. Karena VLDL menurun,
maka secara tidak langsung LDL juga menurun, dan HDL yang mengandung apo A
meningkat. TG menurun setelah 4 - 6 jam minum obat, sedangkan kolesterol
menurun setelah beberapa hari kemudian. Sintesa TG oleh hepar menunun karena
asupan asam lemak bebas dari sirkulasi berkurang akibat penekanan niasin
terhadap jaringan adiposa. Obat ini mudah diserap di semua bagian saluran
cerna. Ekskresi utama melalui urin.
b.
Indikasi klinis : sangat baik untuk tipe
hiperlopiproteinemia yang ditandai dengan peningkatan kadar VLDL dan LDL.
Kolesterol dapat diturunkan 30%, sedangkan TG menurun sampai 60%. Efek ini
semakin baik bila dikombinasi dengan kolestiramin atau klofibrat.
c.
Efek samping : Kulit panas dan gatal sangat
mengganggusekali pada pemakaian setelah 1-2 jam obat ini, sehingga sering kali
pasien berhenti minum obat. Sebenarnya efek ini menghilang sendiri setelah
beberapa lama; disebabkan oleh pelepasan prostaglandin yang dapat dicegah
dengan penambahan aspirin. Efek lain berupa perut kembung, gangguan fungsi
hati, menurunkan toleransi terhadap glukosa, glikosuria, hiperurisemia dan
ikterus. Juga dapat membangkitkan serangan disritmia jantung dengan fibrillasi
atrial. Obat ini dikontraindikasikan pada penderita penyakit hati, ulkus
peptikum dan diabetes mellitus.
d.
Dosis : Dimulai dengan 50 -100 mg/hari dibagi dalam 3
dosis. Dosis ini dapat ditingkatkan bertahap sampai 2,5 g/hari pada bulan I, 5
g/hari pada bulan II dan 7,5 g/hari pada bulan III. Dengan dosis 5 g/hari
diharapkan dapat mengatasi kasus famili hiperkolesterolemia yang heterozigot.
4.
Turunan
Asam Fibrat
Mekanisme
kerja turunan asam fibrat masih belum diketahui pasti. Diperkirakan terkait
dengan ikatan turunan asam fibrat dengan peroxisome proliferator-activated
reseptors (PPARs). Ikatan ini menstimulasi sintesis LPL, mereduksi ekspresi
apoC-III, dan meningkatkan ekspresi apoA-I dan apoA-II. Kenaikan LPL akan menyebabkan
kenaikan klirens lipoprotein kaya trigliserida, sedang reduksi ekspresi apoC-III meningkatkan klirens VLDL.
Peningkatan ekspresi apoA-I dan apoA-II menyebabkan kenaikan HDL.
Turunan asam fibrat sering digunakan pada
terapi tipe III hyperlipoproteinemia, atau pasien dengan kadar VLDL yang
tinggi, tetapi HDL rendah. Gagal ginjal dan kerusakan hati merupakan
kontraindikasi relatif bagi penggunaan turunan asam fibrat. Kelompok besar
turunan asam fibrat yang ada di pasaran antara lain Gemfibrozil, Fenofibrat,
dan klofibrat.
a. Klofibrat
Adalah suatu
derivat asam isobutirat, yang oleh esterase serum menjadi asam klofibrat.
1) Mekanisme
kerja : Obat ini dapat merangsang enzim LPL sehingga bersihan VLDL meningkat
yang berarti menurunkan kadar TO. Selain itu karena menghambat sintesa
kolesterol dalam hepar dan merangsang sekresi kolesterol ke dalam empedu dan
feces, obat ini dapat pula menurunkan kadar kolesterol dan menarik cadangan
kolesterol dalam jaringan. Efek ini terbukti dari berkurangnya ukuran santoma
pada kulit. Dengan dosis 2 X 500 mg kadar puncak plasma 50-60 µg/ml dicapai
dalam 6 jam. Masa paruh obat ini berkisar 15-20 jam.
2) Indikasi
klinis : sebagai obat terpilih untuk hiperlipoproteinemia tipe III karena dapat
menghancurkan partikel VLDL, sehingga kadar TG dan kolesterolnya menurun.
Kemampuan menurunkan kadar kolesterol bervariasi, oleh karena itu penggunaan
untuk hiperkolesterolemia familial masih dibatasi. Karena obat ini dapat pula
meningkatkan LDL, jangan digunakan untuk hiperlipoproteinemia tipe IV.
3) Efek
samping : berupa nyeri lambung, mual muntah, diare dan bertambahnya berat
badan. Obat ini dapat meningkatkan insiden kolelitiasis (2-3 X lipat) dan
kematian akibat karsinoma karena efek perangsangan sekresi empedu, sehingga
penggunaannya sangat dibatasi. Juga pernah dilaporkan timbulnya trombosis dan
klaudikasio pada penderita yang menggunakan klofibrat. Interaksi obat dapat meningkatkan
aktifitas koumanin, sehingga dosis koumarin hams diberikan separuhnya dan
selalu diperiksa kadar protrombin.
a.
Gemfibrozil
Obat ini
juga merupakan derivat asam fibrat dengan mekanisme kerja yang mirip klofibrat.
Peningkatan bersihan VLDL dan penghambatan sintesa VLDL dalam hepar dapat
menurunkan kadarTG sampai 50%. Efek ini timbul karena menurunnya kadar asam
lemak bebas dan meningkatnya aktifitas enzim LPL. Pembentukan LDL dicegah dan
bersihannya ditingkatkan. Selain itu gemfibrozil juga dapat meningkatkan HDL
yang penting pada proteksi timbulnya PJK. Obat ini mudah diserap oleh saluran
cerna dan diekskresikan ke dalam urin secara utuh. Masa paruhnya sekitar 1,5
jam. Dosis yang dianjurkan sekitar 1200 mg/hari dibagi dalam 2 dosis.
1)
Indikasi klinis : Sebaiknya obat ini diberikan bila
ditemui hipertrigliseridemia berat, peninggian VLDL seperti untuk tipe III, IV
dan V hiperlipoproteinemia. Obat ini dapat juga menurunkan LDL kolesterol pada
hiperkolesterolemia.
2)
Efek samping : sama dengan klofibrat.
b.
Fenofibrat
Fenofibrat
merupakan prodrug dan tidak mempunyai efek antilipemik hingga dihidrolosis oleh
jaringan dan plasma esterase sehingga menjadi bentuk aktif yaitu asam
fenofibrat. Fenofibrat mempunyai efek menurunkan kolesterol total, LDL, VLDL,
trigliserida dan Apo B, serta menaikkan kadar HDL , Apo A-I dan Apo A-II.
1)
Mekanisme Kerja : Mekanisme kerja Fenofibrat belum
diketahui secara pasti tetapi diduga memiliki
aktivitas :
a) Meningkatkan
pengeluaran partikel yang kaya akan trigeliserida.
b) Aktivasi
lipoprotein lipase, menurunkan produksi Apo C-III yang merupakan inhibitor
lipoprotein lipase. seta meningkatkan lipolysis.
c) Aktivasi reseptor (peroxisome
proliferator actvated receptor α) yang menginduksi sintesis HDL, Apo A-I dan
Apo A-II.
2)
Penggunaan
Terapi dan Dosis : Fenofibrat memiliki dua bentuk sedian yaitu fenofibrat
micronized dan nonmicronized. 67 mg fenofibrat micronized bioekivalen dengan
100 mg fenofibrat nonmicronized. Dosis
fenofibrat micronized adalah 1 kali sehari 200 mg sedangkan fenofibrat
nonmicronized adalah 3 kali sehari 100 mg. Fenofibrat
juga dapat menurunkan kadar asam urat, pada orang sehat dan penderita
hiperurikemia fenofibrat bekerja dengan meningkatkan ekskresi asam urat. Fenofibrat
kontraindikasi untuk penderita dengan kerusakan dan kelainan pada fungsi
ginjal, serta penderita yang hipersensitif terhadap obat ini.
3)
Efek Samping : Efek samping penggunaan fenofibrat antara
lain :
a) kelainan
fungsi hati ( meningkatkan AST/SGOT dan ALT/SGPT )
b) gangguan pada saluran pernafasan.
c) sakit
pada perut, sakit punggung, sakit kepala, diare, konstipasi, peningkatan
pengeluaran kreatinin.
4)
Toksisitas: Pada penggunaan yang berlebih dapat
menyebabkan efek toksisitas, diantaranya dapat menyebabkan prankreatitis,
selain itu dapat menyebabkan penurunan jumlah hemoglobin, hematokrit dan
leukosit sehingga dapat menyebabkan trobositopenia dan agranulositosis.
5. Obat-obat lain
a. Neomisin
Sulfat
Obat ini
adalah antibiotika golongan aminoglikosid yang dapat meningkatkan ekskresi
sterol netral dan sedikit asam empedu ke dalam feces, sehingga juga menurunkan
penyerapan kolesterol. Menurunnya asupan kolesterol akan merangsang
pembongkaran kolesterol yang terikat di jaringan yang akhirnya menurunkan kadar
LDL. Efek obat ini meningkat jika diberikan bersama kolestiramin atau
kolestipol. Dengan dosis 2 g/hari, kadar kolesterol menurun sekitar 25%.
Efek samping
berupa gangguan pencernaan dan enterokolitis akibat meningkatnya pertumbuhan
bakteri yang resisten terhadap neomisin. Jangan diberikan pada penderita dengan
gangguan faal ginjal. Obat ini juga mengganggu penyerapan digitalis jika
diberikan bersamaan.
b. Probukol
Pemberian 2
X 500 mg probukol dapat diharapkan penurunan sedang kadar kolesterol. Mekanisme
penurunan LDL tidak jelas, mungkin karena perubahan struktur LDL akibat efek
probukol. Bentuk LDL ini lebih mudah menghilang dari sirkulasi dibanding LDL
normal. Sayangnya obat ini juga menurunkan HDL, sehingga obat ini tidak efektif
untuk kasus hiperkolesterolemia familial. Probukol tidak menurunkan kadar
trigliserida.
Efek samping
berupa dispepsia, nyeri abdominal, mual muntah, flatulen, diane karena
peningkatan aliran empedu. Juga dapat memperpanjang interval Q-T dalam EKG.
Kombinasinya dengan klofibrat tidak begitu menguntungkan.
c. Dekstrotiroksin
Obat ini
berefek primer sebagai antihiperlipidemia. Pada do-sis 4-8 mg/hari akan
merangsang enzim 7-a kolesterol hidroksilase yang memecah kolesterol menjadi
asam empedu, sehingga kadar kolesterol menurun. Juga merangsang pembentukan
reseptor LDL. Namun karena kasus kematian kardiovaskuler juga meningkat, maka
penggunaan obat ini dilarang.
d. Kompaktin & Mevinolin
Obat ini
adalah suatu metabolit fungi yang sangat kuat menghambat HMG CoA reduktase,
sehingga dapat menekan sintesa kolestero120-30%; oleh karena itu diasumsikan
bahwa obat ini dapat merangsang pembentukan reseptor LDL hepar. Kombinasinya
dengan kolestiramin cukup baik untuk pengobatan hiperkolesterolemia heterozigot
familial yang sudah resisten.
e. Ezetimibe
Ezetimibe
adalah sejenis obat baru berupa senyawa basa azetidione yang dapat menurunkan
lipid dan kolesterol diabsorpsi diusus dengan memblok dinding ususnya.
Ezetimibe mengalami glukoronidasi di
usus dan senyawa aktif glukoronidnya diekskresikan ke empedu oleh hati.
Ezetimibe dapat mengurangi kolesterol LDL antara 15 – 20 % yang digunakan untuk monoterapi dan
dapat mengurangi LDL pada pasien dengan terapi statin yang tidak berhasil.
Kombinasi statin dosis rendah dan 10 mg ezetimbe dapat menurunkan LDL sampai
50%, yang hanya dicapai oleh simvastatin dosis 80mg. Dengan waktu paruh sekitar
22 jam, ezetimbe hanya diberikan sekali sehari dengan dosis 10 mg
Tabel 13.
Efek Terapi, Efek Samping dan Kontra Indikasi Obat Hiperlipidemia
Obat
|
Efek
Lipid / Lipoprotein
|
Efek Samping
|
Kontra Indikasi
|
|
Inhibitor HMG-CoA Reduktase
|
LDL
HDL
TG
|
↓18-55
%
↑ 5-15 %
↓ 7-30 %
|
Miopati,
↑ proses enzimatis hati
|
Absolut
: penyakit hati kronis & akut
Relatif
: hipersensitif statin
|
Resin Pengikat Asam Empedu
|
LDL
HDL
TG
|
↓15-30 %
↑ 3-5
%
Tidak mengalami perubahan
|
Gangguan GI, Konstipasi, Mengurangi absorpsi obat lain
|
Absolut
: disbetalipoproteinemia, TG>400 mg/dl
Relatif
: TG>200 mg/dl
|
Asam Nikotinat
|
LDL
HDL
TG
|
↓ 5-25 %
↑15-35 %
↓20-50 %
|
Flushing, Hiperglikemia, Hiperurikemia,
Gangguan GI dan Hepatotoksik
|
Absolut
: penyakit hati kronis, Gout
Relatif
: Diabetes, Hiperurikemia, tukak
peptik
|
Asam Fibrat
|
LDL
HDL
TG
|
↓ 5-20 %
↑10-20 %
↓20-50 %
|
Dispepsia,
Gallstones, miopati
|
Absolut
: penyakit ginjal dan penyakit hati
|
Tabel 14.
Dosis dan Kontrol Penggunaan Obat “Resin”
Drugs
|
Dosage
|
Monitoring
|
Bile Acid Binding Resin
|
||
Cholestyramine (Questran®)
|
Usual: 4gm BID & titrate up
Max: 24gm daily
|
1.
lipid
profile for response at 4 weeks
|
Colesevelam
(Welchol®)
|
Usual: 6 tabs of
625mg QD
Max: 4375mg daily
|
2.
LFT:
baseline, periodically during 1st year
|
Colestipol
(Colestid®)
|
Usual: 5gm BID
Max: 30gm daily
|
|
Ezetimibe
(Zetia®)
|
Usual: 10mg QD
Max: 10mg QD
|
Tabel 15. Dosis dan Kontrol
Penggunaan Obat “Statin”
Drugs
|
Dosage
|
Monitoring
|
Inhibitor
HMG-CoA
|
||
Atorvastatin
(Lipitor®)
|
Usual: 10mg daily
at HS
Max: 80mg daily
|
1.
lipid
profile for response at 4 weeks
|
Fluvastatin
(Lescol®)
|
Usual: 20mg daily
at HS
Max: 80mg/day
|
2. LFT: baseline, 6wk, 12wk, 6mo,
12 mo, Q2yr
|
Pravastatin
(Pravachol®)
|
Usual: 10mg daily
at HS
Max: 80mg QD
If liver/renal
dysfunction, give 10mg QD
|
|
Lovastatin
(Mevacor®)
|
Usual: 20mg daily
at PM meal
Max: 80mg QD
If
CrCl<30ml/min, give max. 20mg QD
|
|
Simvastatin
(Zocor®)
|
Usual: 20mg daily
at HS
Max: 80mg QD
If elderly/renal
dysfunction, maximum daily dose is 5mg
|
|
Rosuvastatin
(Crestor®)
|
Usual: 10mg daily
Max: 40mg daily
|
|
Lovastatin/Niacin
ER (Advicor®)
|
Usual: 20/500
daily at HS
Max: 40/2000
daily
|
|
Ezetimibe/Simvastatin
(vytorin)
|
Usual: 20/500
daily at HS
Max: 40/2000
daily
|
Tabel 16. Dosis dan Kontrol
Penggunaan Obat “Nicotinic Acid”
Drugs
|
Dosage
|
Monitoring
|
Nicotinic
Acid
|
||
Nicotinic
Acid (Niacin®)
|
Usual: 50-100mg
BID & titrate up
Max: 3000mg QD
|
1. lipid profile for response at 4
weeks
|
Niacin
XR (Niaspan®)
|
Usual: 500mg QD
& titrate up
Max: 2000mg QD
|
2. LFT: baseline, 6wk, 12wk, 6mo,
12mo
|
Tabel 17. Dosis dan Kontrol
Penggunaan Obat “Fibrat”
Drugs
|
Dosage
|
Monitoring
|
Fibrates
|
||
Gemfibrozil
(Lopid®)
|
Usual: 600mg BID
AC
Max: 600mg BID
|
1.
lipid
profile for response at 4 weeks
|
Fenofibrate
(Tricor®)
|
Usual: 54mg QD
w/meal & titrate up
Max: 200mg QD
|
2.
LFT:
baseline, periodically during 1st year
|
C. TERAPI
KOMBINASI
Walaupun terapi awal
dimulai dengan satu jenis obat, tetapi pemberian kombinasi sangat memuaskan
dengan penurunan LDL > 15% dan TG > 30%, terutama untuk tipe IIa yang
heterozigot. Niasin dan kolestiramin sangat efektif pada
hiperkolesterolemia familial (tipe IIb) dengan penurunan LDL sampai 55%.
Penderita yang tidak tahan dengan niasin dapat diganti dengan kombinasi
neomisin dan kolestiramin. Kombinasi HMD CoA reduktase mevinolin dengan
kolestiramin sangat efektif untuk tipe IIa, tapi efek kombinasi ini masih terus
diteliti. Niasin dan klofibrat atau gemfibrozil sangat efektif untuk
hiperlipoproteinemia tipe IV dan V. Pada kasus dysbetalipoproteinemia dengan
kelainan konversi VLDL ke LDL dan tertimbunnya
VLDL yang aterogenik sebaiknya hanya diberikan klofibrat atau gemfibrozil
saja. Adapun beberapa kombinasi yang sering digunakan dalam pengobatan
hiperlipidemia adalah sebagai berikut :
1.
Turunan
Fibric Acid & Resin Pengikat Asam Empedu
Kombinasi
tersebut kadang-kadang berguna untuk mengobati pasien dengan hiperlipidemia
gabungan familial yang tidak tahan dengan niacin. Namun, kombinasi tersebut dapat
meningkatkan risiko kolelitiasis.
2.
Penghambat Reduktase HMG-COA & Resin Pengikat Asam Empedu
Penghambat
reduktase HMG-CoA bekerja dengan resin pengikat asam empedu secara sinergis
yang khusus. Kombinasi tersebut bermanfaat untuk pengobatan hiperkolesterolemia
familial tetapi tidak dapat mengendalikan kadar VLDL pada beberapa pasien
dengan hiperlipidemia gabungan familial. Pravastatin, cervastatin, atorvastatin
dan fluvastatin diberikan paling sedikit satu jam sebelum atau empat jam
setelah resin untuk memastikan absorpsinya.
3.
Niacin
& Resin Pengikat Asam Empedu
Kombinasi tersebut secara efektif mengendalikan
kadar VLDL selama terapi resin pada hiperlipidemia gabungan familial atau pada
gangguan lain yang melibatkan peningkatan kadar VLDL maupun LDL. Apabila kadar
VLDL dan LDL keduanya meningkat pada awalnya, maka dosis niacin serendah 1-3 g/hari
diduga cukup untuk pengobatan yang dikombinasi dengan suatu resin.
Kombinasi
niacin-resin tersebut sangat bermanfaat untuk mengobati hiperkolesterolemia
familial heterozigot. Kombinasi
tersebut mungkin merefleksikan efek campuran dari :
a.
Peningkatan katabolisme LDL yang disebabkan oleh resin
b.
Penurunan sintesis prekursor VLDL yang dikaitkan dengan
niacin,
c.
Kemampuan niacin untuk menghambat biosintesis koleserol
dalam hati.
d.
Secara bermakna niacin juga meningkatkan kadar kolesterol
HDL dan seringkali menurunkan kadar Lp(a).
e.
Dalam tiga penelitian regresi aterosklerosis utama, bukti
kuantitatif perubahan penyakit koroner terjadi dengan penggunaan regimen
tersebut. Efek pada kadar lipoprotein dipertahankan dan tidak terjadi efek yang
tidak diinginkan selain efek yang terjadi pada penggunaan obat tersebut secara
tunggal. Oleh karena resin tersebut mempunyai sifat yang mentralisasi asam,
iritasi lambung yang disebabkan niacin pada beberapa pasien menjadi berkurang
apabila pasien tersebut mendapatkan obat kombinasi tersebut. Obat tersebut
dapat diberikan bersama, karena niacin tidak terikat pada resin tersebut. Kadar
LDL pada pasien dengan hiperkolesterol lainnya familial heterozigot lazimnya
dapat menjadi normal dengan pemberian dosis harian sampai sebesar 6,5 g niacin
dengan 24-30 g resin.
4.
Niacin
& Penghambat reduktase
Regimen
tersebut diduga lebih efektif daripada hanya dengan pemberian salah satu agen
untuk mengobati hiperkolesterolemia familial. Pengalaman membuktikan bahwa
kombinasi tersebut paling efektif dan merupakan kombinasi praktis untuk
pengobatan hiperlipidemia gabungan familial.
5.
Kombinasi Ternary antara Resin, Niacin & Penghambat
Reduktase
Agen
tersebut bekerja dengan suatu cara yang saling melengkapi untuk menurunkan
kadar kolesterol serum menjadi harga yang terdapat pada rentang normal yang
rendah pada pasien dengan kelainan yang parah yang melibatkan peningkatan kadar
LDL. Efek berlangsung lama, dan hanya terdapat sedikit toksisitas senyawa yang
terjadi. Dosis efektif obat individual dapat diberikan lebih rendah daripada
kalau masing-masing obat digunakan secara tunggal, misalnya, niacin yang hanya
1-2 g dapat meningkatkan efek dua agen lainnya secara nyata.
Tabel 18. Interaksi Antar Obat
Antihiperlipidemia
Antihiperlipidemia
|
Antihiperlipidemia
lain
|
Keterangan
|
Gol.
Statin
|
Gemfibrozil
|
Rhabdomyolisis,
resiko myopati serta gagal ginjal akut
|
Niasin
|
Rhabdomyolisis,
resiko myopati
|
|
Kolestiramin
|
Pravastin
|
Kolestiramin dan kolestipol mengurangi level serum
pravastin tetapi efek total penurunan lipid meningkat
|
Hormon tiroid
|
Mengurangi
absorpsi hormon tiroid
|
|
Niasin
|
Lovastatin
|
Kasus
Rhabdomyolisis
|
Probukol
|
Klorfibrat
|
Menurunkan kadar
HDL
|
Resin
|
Meningkatkan efek
hipolipidemia
|
|
Gemfibrozil
|
Resin
|
Meningkatkan efek
terapi Gemfibrozil
|
Tabel 19. Interaksi
Antihiperlipidemia dengan Obat Lain
Antihiperlipidemia
|
Obat
Lain
|
Keterangan
|
Niasin
|
Warfarin
|
Meningkatkan efek
hipoprotombikinase
|
Lovastatin, Pravastin
|
Siklosporin,
eritromisin, antikoagulan.
|
Menyebabkan gagal ginjal akut. Pravastin meningkatkan
efek antikoagulan
|
Antipirin
|
Menurunkan efek
lovastatin
|
|
Propanolol
|
Menurunkan efek
lovastatin
|
|
Simvastatin
|
Siklosporin,
eritromisin, asam nikotinat
|
Resiko efek myopati dan rhabdomyolisis
|
Antikoagulan
|
Meningkatkan efek
antikoagulan
|
|
Digoksin
|
Meningkatkan
aktivitas jantung
|
|
Fluvastatin
|
Digoksin
|
Tidak berefek terhadap kadar digitoksin plasma tetapi
meningkatkan klirens digoksin dalam urin
|
Simetidin,
Ranitidin
|
Meningkatkan
bioavailabilitas Fluvastatin
|
|
Omeprazol,
Rifampisin
|
Meningkatkan
bioavailabilitas Fluvastatin
|
|
Kolestiramin
|
Gol. Acarbose
|
Menurunkan level serum insulin, tetapi jika keduanya
dihentikan level serum insulin meningkat
|
Antikoagulan, asetaminofen, sefalosforin, kloroquin,
kortikosteroid, digitalis glikosida
|
Penggunaan bersama akan menurunkan absopsi obat-obat
ini.
|
|
Methotrexate
|
Menurunkan level serum Methotrexate
|
|
Gemfibrozil
|
Antikoagulan
|
Meningkatkan efek antikoagulan dan kadar antitrombin
III, meningkatkan terjadinya sindrom miostik
|
Mibefradil
|
Meningkatkan resiko sindrom miostik
|
|
Niasin
|
Aspirin
|
Mengurangi reaksi flushing yang biasa terjadi dengan
niasin, meningkatkan level serum niasin
|
Klofibrat
|
Antikoagulan
|
Meningkatkan efek antikoagulan
|
Kontrasepsi oral
|
Meningkatkan level serum kolesterol dan trigliserida
|
|
Furosemid
|
Pada pasien sindrom nefrotik menunjukkan diuresis nyata
dan gejala muscular
|
|
Obat Hipoglisemik
|
Meningkatkan efek hipoglisemi
|
|
Probenesid
|
Meningkatkan level serum Clofibrate
|
|
Rifampisin
|
Mengurangi level serum metabolit aktif dan Clofibrat
|
Posting Komentar
Posting Komentar